Pola makan ini—tidak mengonsumsi roti, produk susu, dan daging—sering kali dipromosikan sebagai solusi penurunan berat badan yang cepat. Namun, ini dianggap sebagai diet iseng dengan dukungan ilmiah terbatas dan potensi risiko kesehatan. Meskipun membatasi kalori dapat menyebabkan penurunan berat badan, namun melakukan hal tersebut tanpa perencanaan yang matang dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi dan kebiasaan makan yang tidak berkelanjutan.
Apa Sebenarnya Tujuan dari Diet Ini
Ide intinya sederhana: hilangkan roti, produk susu, daging, dan tambahan gula dari makanan Anda. Artinya tidak boleh ada roti tawar, kue, kue kering, keju, yogurt, daging sapi, ayam, atau minuman manis. Para pendukungnya menyarankan hal ini mengurangi kalori kosong dan lemak tidak sehat, yang berpotensi membantu penurunan berat badan. Namun, tidak jelas secara spesifik: apakah “roti” berarti semua biji-bijian? “Daging” hanya daging merah atau semua protein hewani? Ketidakjelasan ini membuat pola makan sulit untuk diikuti secara konsisten.
Mengapa Bermasalah
Masalah terbesarnya adalah kurangnya bukti. Berbeda dengan pola makan mapan seperti Mediterania atau DASH, pendekatan ini kurang memiliki penelitian yang mendukung efektivitas atau manfaat kesehatan jangka panjangnya. Ahli diet terdaftar memperingatkan bahwa hal ini tidak seimbang dan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi jika tidak dikelola dengan hati-hati. Misalnya, menghentikan produk susu tanpa pengganti yang memadai dapat mengakibatkan kekurangan kalsium atau vitamin D. Demikian pula, menghilangkan daging memerlukan kepastian asupan protein dan zat besi yang cukup dari sumber lain.
Potensi Manfaat (dan Peringatan)
Meskipun drastis, beberapa elemen tertentu dapat menawarkan manfaat sementara:
- Pengurangan Roti: Memotong biji-bijian olahan menurunkan kalori kosong. Namun, roti gandum bisa menjadi bagian dari pola makan sehat.
- Penghapusan Produk Susu: Dapat membantu mengatasi intoleransi laktosa atau peradangan pada beberapa individu, namun penelitiannya beragam. Beberapa produk susu (seperti yogurt) bahkan mungkin memiliki efek antiinflamasi.
- Pembatasan Daging: Dapat menurunkan faktor risiko penyakit jantung dan diabetes, namun memerlukan perhatian yang cermat terhadap asupan protein.
- Penghindaran Gula: Menghilangkan tambahan gula bermanfaat secara universal, mengurangi risiko obesitas dan masalah kesehatan terkait.
Namun, manfaat ini bergantung pada dengan apa Anda mengganti makanan tersebut. Jika Anda hanya menukar roti dengan makanan ringan olahan atau daging dengan minuman manis, penurunan berat badan tidak akan terjadi.
Risiko Pembatasan Ekstrim
Menghilangkan seluruh kelompok makanan bisa berbahaya. Tanpa perencanaan yang tepat, Anda berisiko:
- Kekurangan Nutrisi: Hilangnya vitamin dan mineral penting yang ditemukan dalam produk susu, daging, atau biji-bijian.
- Penurunan Berat Badan yang Tidak Sehat: Penurunan berat badan yang cepat dapat membuat tubuh Anda tegang dan menyebabkan hilangnya otot, bukannya kehilangan lemak.
- Gangguan Makan: Pola makan yang ketat dapat memicu hubungan yang tidak sehat dengan makanan.
- Masalah Keberlanjutan: Sifatnya yang ekstrim membuat sulit untuk mempertahankannya dalam jangka panjang.
Pendekatan yang Lebih Masuk Akal
Daripada menghilangkan seluruh kelompok makanan, fokuslah untuk membuat pilihan berdasarkan informasi di dalamnya. Pilih biji-bijian utuh dibandingkan karbohidrat olahan, daging tanpa lemak dibandingkan pilihan olahan, dan batasi tambahan gula. Prioritaskan makanan padat nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan.
“Diet iseng tidak memiliki bukti ilmiah dan seringkali tidak seimbang. Membuat perubahan kecil dan berkelanjutan jauh lebih efektif dalam jangka panjang,” kata ahli diet terdaftar Julie Stefanski.
Kuncinya adalah keseimbangan, bukan kekurangan. Pola makan berkelanjutan harus menyediakan semua nutrisi penting tanpa pembatasan yang tidak perlu. Jika Anda mempertimbangkan perubahan drastis, konsultasikan dengan profesional kesehatan atau ahli diet terdaftar untuk mendapatkan panduan pribadi.
